Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2022

Antologi 10 Juli: Perempuan Berkaki Kijang

Perempuan Berkaki Kijang Ia adalah perempuan berkaki kijang dengan sayap calidris Baginya petualangan adalah alibi paling logis Demi menarik jarak terjauh dari yang sudah sangat jauh Mengembara dari satu tempat ke tempat lain Sekadar mencari alasan untuk pulang ke rumah Sebab ia tak tau alasan kenapa orang-orang begitu menginginkan pulang  Sementara ia begitu merindukan pergi Elegi Hampir pagi di teras, Obituari ingatan perempuan itu diretas Eulogi mengucur deras Di atas ribuan kertas Melambungkan absurditas Hampir sore di anjungan Ia seduh rindu pada secangkir kenangan Membayar hutang rasa sakit di setiap perlelangan Sambil dengar nyanyian kepulangan Ia serahkan diri pada pergelangan Berbahagialah sayang! Tidak kah kau dengar malaikat maut sembayang? Derita sudah kenyang Bahagia telah kepayang Kita kan pulang pada sang penyayang Kuburan Kosong Perempuan itu memetik diksi-diksi terbaik dari ribuan sajak  yang tak sengaja diwariskan para penyair melalui semesta Disajikannya dalam semang

Memaknai Ulang Militansi

Seperti tahun sebelumnya, menjelang ulang tahun saya selalu memperoleh early bithday gift berupa buku dari orang-orang terkasih. Beberapa hari lalu seorang teman menanyakan buku apa yang sangat ingin saya miliki di hari ulang tahun. Saat itu saya baru saja membaca review sebuah buku di goodreads. Buku tersebut adalah The Things You Can See Only When You Slow Down yang ditulis oleh seorang biksu asal korea; Haemin Sunim. Saya kemudian menyebutkan judul buku tersebut kepadanya dan tak sampai 2 hari, buku itu sampai ke tangan saya. Saat membuka bungkusan, awalnya saya hanya berniat membaca buku ini beberapa halaman saja. Namun, karena gaya penulisan yang mengalir dan isinya yang cukup “ngena” dengan kehidupan pribadi, saya langsung menyelesaikannya saat itu juga. What a lovely book! Dari sebagian banyak tulisannya yang memicu refleksi, ada satu bagian yang membekas bagi saya hingga membuat saya memaknai ulang arti sebuah militansi. Pengabdian seseorang kepada suatu pekerjaan tidak bisa di