Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

Antologi 25 Maret

I. Ada rindu menginap di jendela Tergantung, melambai-lambai Menawarkan angin segar dalam pengapnya kamar 3 x 4 Exhauster  pun sengaja dipasang, Biar terhempas dan terbang menghilang Segala apek dan pengap Diiringi alunan hati-hati di jalan Namun bersama Tulus, ia keras kepala ingin tinggal   Tuut... tuut... tuut... tuut.... Halo? Apa kabar? Aku rindu Kupang, tapi tidak rumah Semoga selalu berbahagia!   II. Mereka, Dua organis kompleks,  Yang dipertemukan proses anabolisme kehidupan Semakin kompleks mereka bersama,  Kenaifan bahagia menuntut khelat Sayang,  Mereka lupa bahwa kadang siklus hidup itu enzimatis Di mana katabolisme takkan pernah bisa terelakan   Menyisakan partikel kenangan, Mengeksitasi rindu sampai orbital tak tentu Terpental dan menghambur  Melampaui kecepatan cahaya dalam ruang hampa Terkristalisasi dalam semesta baru Pada batas ketiaadaan,  Insting kematian dan kehidupan melebur. Defusi Infinitif   III. M

Melodi Sore Hari

I wanna grow old with you... Di pojok kedai kopi yang kita dirikan, Kau memainkan gitar akustik tua mu Tak ada nyanyian seperti biasa, hanya melodi Aku baru saja merapihkan perpustakaan, di pojok idola kita Lalu duduk dengan sebuah buku Sembari menikmati setiap bunyi yang kau petik Di depan kita sudah ada cappucino hangat Dengan latte art favoritku, Tentu, kau sendiri yang membuatnya. Sore mulai dipeluk malam, kita tenggelam dalam ingatan masa muda Menghitung jumlah gunung, hutan, laut dan pulau yang sudah kita taklukan Betapa masa muda adalah masa penaklukan Kita adalah sepasang yang dilahirkan oleh setumpuk beban di masa muda Lalu memutuskan untuk saling menanggung sampai hari tua Kau dan aku telah menjelma menjadi tempat pelarian ternyaman Gunung, laut, hutan dan pulau perlahan kita lupakan Imagine there's no heaven ... Ah, itu judul melody yang kau mainkan Kita dahulu adalah manusia-manusia naif yang terjebak dalam dunia paling hipokrit Kau memutuskan keluar lebih dahulu dan me

Menggugat Rasio dan Rasa

Kepada Y, Saya menuliskan ini saat kau mungkin tengah dipeluk oleh mimpi indah, semoga. Sejak pembicaraan kita di malam minggu kemarin, terkait rasamu, ada satu lubang yang entah bagaimana muncul di hati saya. Lubang itu berusaha menarik saya masuk ke dalamya. Tarik tolak antara keinginan untuk malas tau dengan gravitasi yang disebabkan lubang itu membuat saya kesulitan untuk tidur. Apakah kejujuranmu tentang "adil terhadap rasa" telah membuat saya cemburu? Saya sampai saat ini masih berusaha keras menyangkal bahwa ini cemburu. Saya berusaha merasionalisasi apa yang saya pikirkan tetapi kadang rasa sepertinya menang. Begitu terus, rasa dan rasionalitas berganti menguasai pikiran saya hingga tubuh mendatangkan protes bahwa ia lelah melalui rasa kantuk. Saya mau mengaku, saya adalah seorang overthinker . Segala kelelahan dalam hidup saya selalu disebabkan oleh kebiasaan ini. Berpikir positif? Rasanya susah sekali, karena saya selalu punya dua, tujuh, sembilan, sepuluh, se