Peringatan:
Ditulis pakai bahasa Kupang, dengan penuh emosi.
Yang sering terjadi di ketong pung lingkungan sekitar kalau ada anak perempuan yang hamil di luar nikah pasti akan kena guyur dengan stigma-stigma (pandangan) seperti: perempuan sonde bae, perempuan bagatal, perempuan kotor, perempuan nakal, pendosa besar (sama kek yang omong snd pernah buat dosa), anak yang bikin rusak nama baik keluarga, akibat pake baju sembarang makanya laki-laki nae ame, sapa suruh pulang malam atau dapat omng dari pihak keluarga yg menghamili "bikin rusak ketong pung anak laki-laki" dan stigma-stigma jelek lainnya (kalau ada stigma lain bisa tambahkan sendiri di kolom komentar).
Pertanyaannya: kenapa e pandangan-pandangan buruk kek begitu dong lari semua pi anak perempuan? Kenapa itu stigma semua seolah-olah bilang kalau perempuan yang hamil di luar nikah tuh akibat dia pung salah sendiri? Kenapa yang kasih hamil sonde dapat ini komentar-komentar buruk?
Jujur, beta kasian. Itu anak perempuan di masa kehamilan awal-awal akan dapat guncangan fisik luar biasa kek muntah-muntah, badan remuk, belum lagi bulan-bulan berikut perut mulai membesar, jalan mulai berat, kaki tangan bengkak lalu akan melahirkan dengan setengah mati dan di saat yang sama harus pikul itu beban pikiran yang orang lain taruh di dia pung kepala. Itu sama dengan mau bunuh bikin mati itu anak dengan bayi dalam dia pung kandungan. Beta mau bilang untuk manusia-manusia yang kasih komentar bilang dia pendosa besar, sekarang kalau ada ukuran dosa besar dan kecil, lebih besar mana dosa hamil di luar nikah atau dosa bikin mati dua manusia sekaligus dengan besong pung mulu-mulu piso?
Lalu anak perempuan yang hamil di luar nikah (diperkosa atau karena terlanjur hamil dengan pacar) biasanya akan putus sekolah dengan alasan masa depan su hancur. Kalau mau dibilang, yang bikin dia pung masa depan hancur adalah orang-orang yang tancap itu pandangan-pandangan di atas. Gara-gara itu pandangan, ini anak pung niat sekolah barenti deng manusia-manusia "suci" pung kasih malu dia. Beta ancungi jempol kalau ada anak-anak perempuan yang hamil di luar nikah tapi masih bisa lawan itu stigma dan lanjut sekolah. Besong luar biasa! Maju terus, besong pung masa depan bukan ada di orang lain pung mulut atau orang lain pung isi kepala. Tuhan saja masih kasih kesempatan kedua untuk orang yang mau berubah. Peluk buat besong dimanapun besong berada.
Satu le, biasa kalau anak su hamil di luar nikah supaya tutup malu orang tua akan kas nikah cepat-cepat. Sonde pelajari babae laki-laki yang akan dinikahi anak perempuannya. Apakah itu laki-laki nanti kasih ijin anaknya lanjut sekolah atau sonde. Apakah itu laki-laki su bisa cari nafkah atau belum. Apakah itu anak laki-laki paham hak perempuan dan kesetaraan gender atau sonde. Jang sampe baru nikah satu bulan anak perempuan su minta pulang karena babak belur. Hati-hati. Banyak kasus KDRT biasanya datang dari pasangan-pasangan yang di kasih nikah cepat-cepat (married by accident).
Dan untuk perempuan, tolong pikir realistis terhadap kemampuan diri. Sudah siap menikah atau belum? Kalau belum, untuk apa nikah cepat-cepat?
"Eh tapi b syg dia, b hamil anaknya dia"
Iya, klo dia laki-laki baik-baik yang mau bertanggung jawab, sudah bisa menafkahi dan paham peran silahkan minta orang tua nikahkan. Tapi kalau sonde? Beta sarankan jangan mau hidup menderita selamanya akibat pilihan yang dibuat terburu-buru. Mending kasih besar itu anak sendiri dari pada dapa cacimaki dan dapa papoko tiap hari.
.
Beta juga sering bertanya kira-kira apa isi percakapan pastori di gereja untuk pasangan-pasangan muda yang MBA, kenapa tahap persiapannya cepat sekali. Beta memang sonde tau tapi kalau bisa sarannya persiapannya jangan disamakan dengan pasangan-pasangan yang betul-betul su siap membangun rumah tangga. Menurut beta kalau dong masih sangat muda, mungkin bisa juga belajar dari orang tua, tapi mempersiapkan dong secara psikologis dengan dukungan spiritual sepertinya penting juga untuk diperhatikan gereja. Bukan dengan memperparah stigma yang sudah beredar di masyarakat dengan konsep penggunaan "tudung"misalnya.
Dan ini butuh dampingan bertahap. Mungkin perlu ada pendidikan keluarga muda yang termasuk di dalamnya pendidikan cara mendidik dan membesarkan anak, mengenal tumbuh kembang anak, memperkenalkan pendidikan seks kepada anak supaya tidak mengulangi hal yang dilakukan bapak dan mama nya waktu masih muda, bagaimana mengelola konflik dalam rumah tangga nanti dan lain lain. Jujur beta pernah berpikir untuk usulkan ini ide layanan kepada siapapun yang bisa buat. Sekarang ini ide beta sampaikan secara publik, sapa tau ada yg bsa bantu mulai. Klo sudah ada mungkin lebih baik.
Oh iya, beta tulis ini bukan berarti beta suruh teman-teman perempuan pi hamil di luar nikah. (Tapi terserah juga sih, itu pilihan). Yang beta mau sampaikan, menjaga diri dan mengenali potensi diri dari awal adalah pilihan terbaik untuk tidak masuk dalam lingkaran setan kekerasan terhadap perempuan. Bukankah mencegah itu lebih baik dari pada mengobati? Kalau sudah terlanjur maka baca kembali dan apa yang beta su tulis di atas.
Auckland, 02 Desember 2019
NB:
Ini tulisan refleksi yang dibuat dalam rangka menjawab ajakan kaka Linda Tagie untuk ikut kampanye 16 HAKTP tahun 2019 kemarin. Karena satu dan lain hal tulisan ini batal di posting di media sosial waktu itu dan sudah diam dalam samsung note hampir setahun :D
Terima kasih sudah dibaca
Terima kasih sudah dibaca
Mntap kk
BalasHapusmakasih adiks
HapusMantapp rina
BalasHapus