Di awal 2019, jika kita
mengikuti perkembangan berita tentang pemerintahan di beberapa daerah Indonesia
Timur maka akan kita temukan dua daerah dengan pemberitaan yang mirip namun
kontroversi. Dua Daerah itu adalah NTT dan Maluku. Saat itu, Viktor B.
Laiskodat yang baru saja menjabat sebagai Gubernur NTT selama beberapa bulan,
muncul dengan gagasan untuk melegalkan Sopi. Selain alasan menumbuhkan ekonomi
kerakyatan, minuman alkohol tradisional tersebut dilegalkan sebagai bentuk
upaya pelestarian budaya NTT. Sementara
itu, di Provinsi tetangganya, Maluku, Murad Ismail selaku Gubernur menolak
dengan tegas legalisasi Sopi. Dilansir dari media online Suara.com (28/06/2019),
Murad menyatakan bahwa Maluku berbeda dengan NTT, Manado dan Bali yang sudah
melegalkan minuman tradisonal mereka. Maluku memiliki masyarakat yang beragam
karakteristiknya sehingga akan memicu konflik diantara masyarakatnya.
Tidak dapat dipungkiri
bahwa keberadaan minuman beralkohol sekalipun dalam aspek budaya memiliki nilai
positif, tetap membawa lebih banyak dampak negatif. Hal ini terlihat dari
bagaimana kasus-kasus seperti pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT), kecelakaan kendaraan bermotor secara dominan diasosiasikan dengan konsumsi
minuman keras. Belum lagi keberadaan minuman keras oplosan dengan
campuran bensin dan spritus yang menyebabkan kematian. Dengan demikian dalam
peraturan perundang-undangan di Indonesia, keberadaan miras dan kelakuan
peneguknya yang mabuk telah diatur guna menjaga ketentraman dan kenyamanan
masyarakat.
Dalam tulisan ini, saya
akan menguraikan keberadaan alkohol dari
perspektif sains dan mencoba mengaitkannya dengan isu sosial budaya yang muncul
karenanya.
Alkohol
Dalam ilmu kimia
alkohol adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsi hidroksi (-OH).
Gambar 1. Rumus Kimia Alkohol; a) Metanol b) Etanol
(Sumber : Wikipedia)
Alkohol yang banyak
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari adalah Metanol (CH3OH) dan
Etanol (C2H5OH). Keduanya
merupakan zat cair bening yang tidak berwarna, dapat bercampur dengan air dan
mudah terbakar dengan nyala biru. Metanol bersifat racun yang dapat membutakan
mata dan bahkan kematian. Contoh Metanol dalam kehidupan sehari-hari adalah spiritus.
Etanol atau Etil alkohol
adalah jenis alkohol yang terdapat dalam minuman keras. Minuman keras yang
tidak disuling mengandung etanol 3%-4% (tuak dari lontar dan bir), 8%-10% (anggur).
Minuman-minuman ini biasanya diperoleh dengan cara fermentasi. Minuman keras
yang disuling mengandung etanol lebih banyak yakni 50% - 60% (Sopi dan Moke). Jika
teman-teman pernah melihat sopi atau moke yang dibakar lalu menyala, itu
diakibatkan oleh kandungan Etanol yang sangat tinggi. Seperti yang sudah saya
jelaskan sebelumnya bahwa alkohol merupakan senyawa organik yang mudah
terbakar.
(Sumber Gambar : https://images.app.goo.gl/HrzcCp6dobh9T3vW7 )
Metabolisme
Alkohol
Saat diminum, alkohol –
etanol –akan mengalir ke perut seseorang dan akan terserap secara cepat kedalam
darah. Di dalam perut, dari jumlah alkohol yang diminum akan terserap sekitar
10-20 %. Sisanya akan mengalami proses di usus dua belas jari atau usus halus.
Di hati (liver) akan
terjadi reaksi pemecahan alkohol – etanol – oleh enzim alkohol dehydrogenase (ADH)
menjadi asetaldehid (CH3CHO). Asetaldehid merupakan senyawa yang
sangat beracun dan diketahui bersifat karsinogenik (pemicu kanker). Asetaldehid
yang terbentuk tidak akan bertahan lama sebab akan diubah lagi melalui proses oksidasi dengan bantuan enzim
aldehid dehydrogenase (ALDH) menjadi asam asetat (CH3COOH), air (H2O)
dan karbon dioksida (CO2). Karena proses metabolime alkohol ini
terjadi di hati, konsumsi alkohol yang terlalu banyak akan membuat kinerja hati
berlangsung berkali-kali lipat. Tidak heran jika para pengkonsumsi alkohol
sangat rentan dengan penyakit lever.
Selain berpengaruh pada
hati, metabolisme etanol juga berpengaruh pada ginjal seseorang. Etanol akan
memblokir hormon Antidiuretik atau Vasopresin di tubuh. Hormon ini biasanya
mencegah ginjal mengeluarkan terlalu banyak cairan dengan memberitahu ginjal
untuk menyerap kembali air. Saat vasopressin diblokir, tubuh akan mengeluarkan cairan
dari tubuh lebih banyak dari pada yang dikonsumsi dari Sopi, Moke atau Laru.
Ini mengapa seseorang cenderung buang air kecil (kencing) saat mengkonsumsi
alkohol.
Kembali pada proses
kimiawinya, peristiwa metabolisme etanol tergolong sebagai reaksi kimia yang
bersifat eksotermik (melepaskan panas), dengan entropi sebesar 1325 kJ/Mol. Lepasnya
panas membuat tubuh menjadi hangat. Kehangatan ini bukanlah pertanda bahwa suhu
tubuh sedang mengalami kenaikan. Jika menggunakan konsep sistem dan lingkungan
dalam Termokimia, tubuh adalah sistem yang melepaskan panas lalu ditangkap oleh
saraf sensorik kulit yang berperan
sebagai lingkungan. Saraf tersebut akan menyampaiakan ke otak bahwa seseorang
sedang kepanasan. Ini menjawab pertanyaan kenapa seseorang merasa hangat ketika
minum alkohol.
Gambar
3. Reaksi Metabolisme (Penguraian Alkohol)
(Sumber
: Kawaratani et al, 2013)
Karbon dioksida dan air
yang dihasilkan dari proses metabolime
alkohol selanjutnya akan langsung ditrasnportasikan ke dalam sel intraseluler dan terserap
ke otak. Di otak, karbon dioksida dan air dengan bantuan enzim karbonat anhidrase
akan diubah menjadi ion karbonat (HCO3) dan H+. Saat Ion H+ terlepas, terjadilah peningkatan keasaman dalam otak. Keberadaan ion karbonat dan
meningkatknya keasaman ini akan menggangu aktivitas sel saraf utama otak dengan memicu
produksi GABA (gamma-aminobutyric
acid atau asam gama aminobutrat).
GABAA(gamma-aminobutyric acid) dan Isu
Sosial-Budaya
Gambar 4 Rumus
Struktur GABA (gamma-aminobutyric
acid)
(Sumber : http://www.chm.bris.ac.uk/motm/gaba/gabajm.htm)
GABAA (gamma-aminobutyric acid atau asam
gama aminobutrat) merupakan neurotransmitter inhibitor (penghambat hantaran
pesan) utama dalam sistem saraf pusat. Produksi GABAA dalam otak pada jumlah
yang dubutuhkan oleh tubuh akan mengaktifkan dopamine, sebuah hormon yang
membuat seseorang menjadi rileks, santai, dan tidak terlalu stress. Inilah alasan
mengapa ketika diawal mengkonsumsi alkohol, seseorang akan merasakan
eforia kesenangan dan damai sejahtera.
Melihat
adanya efek positif GABAA terhadap psikologi tubuh manusia ini membuat saya
berpikir bahwa sangat masuk di akal jika minuman beralkohol oleh masyarakat
dahulu dijadikan sebagai alat budaya dan pengerat kekeluargaan. Di masyarakat
Jawa seperti Tuban dan daerah di sekitar utara Jawa, minuman tradisional
beralkohol (arak dan tuak) berfungsi sebagai minuman penggembira,
pemeriah dan penghilang rasa canggung dalam seni pertunjukan yang kini hampir
punah seperti Ledhek Tayub, Ronggeng dan Tandhak Ngamen. Di Maluku, Sopi
merupakan lambang masyarakat adat dalam ikatan Pela Gandong. Sementara
itu, di beberapa daerah di NTT seperti
Flores dan Timor misalnya, Sopi dan Moke yang dipakai untuk menyambut tamu dalam upacara adat guna menghadirkan nuansa
kebersamaan yang cair.
Di satu sisi, banyaknya jumlah alkohol yang masuk kedalam tubuh akan membuat produksi GABAA meningkat. Peningkatan inilah yang membuat seseorang memasuki keadaan yang disebut sebagai alcohol intoxication atau mabuk. Dalam keadaan ini, informasi yang harusnya disampaikan oleh sel saraf ke otak terhambat oleh GABAA.
Ketika sebanyak 0,03% alkohol terlarut dalam darah, konsentrasi dan penglihatan mulai berkurang. Pada konsentrasi 0,05 %, mulai muncul rasa kantuk. Seseorang mulai tidak nyambung dan ngelantur saat berbicara, bereforia secara berlebihan, melakukan tarian aneh, berisik, mudah berkelahi, bermesraan, menangis, bahkan mengirim pesan dan menelpon dengan penuh penyesalan menunjukan bahwa kadar alkohol dalam darah sudah mencapai 0,1 %. Sangat tidak disarankan untuk membuat keputusan apapun dalam keadaan ini. 0.15% alkohol yang terkandung dalam darah akan mengakibatkan penurunan koordinasi otot sehingga kehilangan keseimbangan (sempoyongan), kesadaran, mual dan muntah. Pada konsentrasi ini, resiko seseorang mengalami kecelakan jika berkendara adalah 25 kali lipat.
Efek lain yang ditimbulkan oleh
GABAA adalah meningkatnya hormon reproduksi yang memicu hasrat untuk melakukan
hubungan seksual. Karena inilah Alkohol sering disebut sebagai afrodisiak atau
peningkat gairah seksual alami. Menurut laporan The Maryland Collaborative (2016),
alkohol tidak serta merta menjadi penyebab utama tindak kekerasan seksual akan
tetapi dapat menjadi faktor pendukung.
Hal-hal tersebut menjadi jelas
bahwa bagaimana metabolisme alkohol mengubah sistem kimia di otak membawa
manusia terhadap tindak-tindak negatif yang dilakukan tanpa kesadaran yang
penuh.
Pada akhirnya segala sesuatu yang
digunakan berlebihan memang tidak baik. Masyarakat secara adat dan budaya sejak
dahulupun sudah lebih dahulu meneladankan hal itu, sekalipun mereka belum mengenal
perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang. Ambil dan gunakan secukupnya, secara
ilmiah juga berlaku dalam hal konsumsi alkohol. Sama seperti sumber daya alam yang
dikeruk berlebihan akan berdampak bagi masa depan planet bumi dan generasi
penerusnya, demikian alkohol yang dikonsumsi berlebihan pun akan menimbulkan
banyak fatalitas.
Sumber :
Belvage,
R.(2017). Mabuk (di) Indonesia: Membongkar Struktur di Balik Fenomena Korban
Tewas Karena Oplosan. Indonesian Journal of
Anthropology. Vol 2: 2. Diakses dari http://jurnal.unpad.ac.id/umbara/article/download/20450/9336
pada tanggal 19-09-2020
Chederbaum,
A. (2012). Alcohol Metabolism. Clin Liver Dis. 2012 Nov; 16(4):
667–685. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3484320/
pada tanggal 19-09-2020
Deitmer,
J.(2002). A Role for CO2 and
Bicarbonate Transporters in Metabolic Exchanges in the Brain. Journal of Neuro Chemistry.8: 721-726. Diakses dari https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1046/j.0022-3042.2002.00765.x
pada tanggal 19-09-2020
Hubner,C.,Holthhoff,
K.(2013).Anion Transport and GABAASignaling. Front. Cell. Neurosci. 7: 177. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3807543/
pada tanggal 19-09-2020
Kraig,
R. P., Cooper, A.J.L. (1987). Bicarbonate and Ammonia Changes in Brain During
Spreading Depresion. Can J Physiol Pharmacol. 65(5): 1099–1104. Diakses dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2808695/
pada tanggal 19-09-2020
Maryland Collaborative to Reduce
College Drinking and Related Problems. (2016). Sexual assault and alcohol: What
the research evidence tells us. College Park, MD: Center on Young Adult Health
and Development.
https://www.iflscience.com/health-and-medicine/whats-happening-your-body-when-you-get-drunk/
Keren kawan......
BalasHapusSemoga bermanfaat bagi pembaca.....
Keren kawan......
BalasHapusSemoga bermanfaat bagi pembaca.....
Good work!
BalasHapusGood work!
BalasHapusTerimakasih buat tulisannya, sangat informatif dan menambah wawasan :))
BalasHapus