Langsung ke konten utama

Jaga Karst Jaga Kehidupan

Tahukah teman-teman jika tanggal 28 Maret sering dikenal sebagai hari karst nasional? Lalu apa itu karst dan kenapa ada hari khusus yang memperingatinya? 


Karst adalah istilah dalam bahasa Jerman yang diturunkan dari bahasa Slovenia yang berarti lahan gersang berbatu (Haryono dan Adji, 2004 dalam Cahyadi 2010). Istilah tersebut sebenarnya menggambarkan kondisi yang sering ditemui di banyak daerah yang berbatuan karbonat atau batuan lain yang memiliki sifat mudah larut. Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM RI Nomor 17 Tahun 2012 tentang penetapan kawasan bentang alam karst, karst di definisikan sebagai bentang alam yang terbentuk karena proses pelarutan batu gamping atau batu kapur (CaCO
3 atau kalsium karbonat). Umumnya kawasan karst dicirikan dengan adanya lubang (sinkhole), sungai hilang, aliran air/sungai bawah tanah dan gua. Jika teman-teman jalan-jalan ke wilayah Bolok dan familiar dengan gua Kristal yang saat ini jadi salah satu tempat wisata favorit di Kabupaten Kupang, teman-teman sudah bisa melihat contoh karst. 

Gambar 1: Gua Kristal Bolok

Dalam gua karst, di bagian langit-langit ada batuan yang ujungnya meruncing ke bawah. Batuan ini disebut sebagai stalagtit. Sementara itu susunan batu kapur yang berbentuk kerucut yang berdiri tegak di lantai gua disebut stalagmit. Nah stalagtit dan stalagmit ini secara alami terbentuk melalui reaksi kimia yang melibatkan gas karbon dioksida (CO2) dan batu gamping (CaCO3). Gas  COyang banyak terdapat di udara akan bereaksi dengan padatan CaCO3 dengan bantuan air (H2O) akan menghasilkan kalsium bikarbonat: Ca(HCO3)2 sesuai reaksi:

CaCO3 (s) + CO2 (g) + H2O (l) -->Ca(HCO3)2  (aq)

Gambar 2 : Penyerapan karbondioksida (CO2) dari atmosfer pada proses 

pelarutan batu gamping (Cahyadi, 2010)

Kalsium bikarbonat yang larut dalam air merembes ke dalam tanah masuk ke dinding atas gua, kemudian jatuh ke permukaan gua. Dalam perjalanan menetes dari atas ke bawah dinding gua, kalsium bikarbonat mengalami penguraian kembali membentuk kalsium karbonat yang tidak larut dalam air sehingga terbentuk stalagtit dan stalagmit yang indah.


Ca(HCO3)2 --> (aq) CaCO3 (s) + CO2 (g) + H2O (l)

Proses pelarutan ini dikenal sebagai reaksi karstifikasi. Proses karstifikasi berlangsung dengan reaksi kesetimbangan kimia tertentu dimana setiap pelarutan 1 ton batu gamping (CaCO3) akan diikuti oleh penyerapan gas CO2 sebanyak 0,12 ton dari atmosfir (Adji, 2009 dalam Cahyadi, 2010). Kita tahu bahwa gas CO2 merupakan salah satu gas rumah kaca penyebab pemanasan global yang bermuara pada perubahan iklim yang saat ini tengah dirasakan. Jadi keberadaan karst dinilai sangat berperan penting dalam permasalahan pemanasan global dan perubahan iklim. Indonesia sendiri memiliki luasan karst kurang lebih 15,4 juta hektar dengan distribusi merata dari Sumatera sampai Papua. Bisa dikatakan bahwa dengan luasan tersebut, kawasan karst Indonesia memiliki fungsi yang sangat strategis dalam mengurangi emisi karbon dunia selain Hutan dan Terumbu Karang. 

Proses pelarutan tersebut juga membentuk suatu sistem hidrologi yang unik.  Tanah yang terdiri dari batu gamping memiliki kemampuan meresapkan air (porositas) yang cukup tinggi sehingga menyebabkan air cepat meresap ke bawah tanah dan menyebabkan kondisi kering di permukaan. Air yang tadinya meresap ke bawah tanah akan cenderung membentuk aliran air bawah tanah. Hal ini kemudian menjadikan kawasan karst sebagai tangki penyimpanan sumber air raksasa di bawah tanah. Bahkan dalam catatan LIPI satu kawasan karst bisa memberikan 30 mata air. 

Ini sebenarnya suatu fakta yang menarik, Kota Kupang yang dikenal orang sebagai daerah batu karang dan kering sebenarnya memiliki potensi air yang melimpah di bawah tanah dengan keberadaan karst ini. Bisa dibuktikan dengan ditemukannya beberapa mata air di Kota Kupang, sebut saja Oelon, Oepura, Oebufu, Oehendak, Air nona, gua Kristal bolok dll (teman-teman yang tinggal di Kupang bisa tambahkan sendiri). Selain itu hasil penelitian dalam jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, 2010, Alwi Darmawan dan Heru A. Lastiadi memperkuat fakta tersebut dengan menyebutkan bahwa Kota Kupang adalah kota yang 80% wilayahnya berdiri di atas karst. Melihat fakta yang ada, pernahkah teman-teman berpikir keheranan di saat kita sering mengeluh kekeringan di Kota Kupang tetapi mobil tangki air rasanya tetap jalan terus?

Dari kedua fungsi karst yang sangat penting di atas yakni sebagai penyerap gas CO2 dan tempat penyimpanan air (sumber air), maka keberadaan karst sangat penting untuk dilindungi. Selain itu, kawasan karst sebagai suatu ekosistem, merupakan rumah bagi hewan-hewan dan tumbuhan endemik serta dapat berupa sebuah situs sejarah yang berisi peninggalan-peninggalan manusia purba. 

Ancaman terbesar yang saat ini sedang membayang-bayangi luasan karst di Indonesia adalah penambangan batu gamping untuk industri pabrik semen yang tidak memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan. Misalkan di Kendeng (Jawa Tengah), Maros (Sulawesi Selatan) bahkan di Manggarai Timur (Nusa Tenggara Timur) yang merupakan satu-satunya ekoregion perbukitan karst di Pulau Flores. 

Gambar 3 : Lokasi Penambangan Batu Gamping di Lingko Lolok, Desa Satar Punda Manggarai Barat (Dokumen ANDAL, Arsip WALHI NTT)

Keberadaan aktivitas pertambangan secara otomatis tidak hanya akan merusak habitat hewan dan tumbuhan endemik yang ada tetapi juga menyebabkan kesulitan air bagi warga yang hidup di sekitar wilayah karst, menurunkan pendapatan ekonomi masyarakat yang bergantung pada sektor pertanian dengan memanfaatkan sumber air dari mata air di wilayah karst, merusak situs budaya dan sejarah hingga meningkatkan emisi gas CO2 ke atmosfir.

Karena itu, seperti hari-hari peringatan lingkungan hidup lainnya, peringatan hari karst memiliki spirit untuk memberikan edukasi terhadap masyarakat secara luas tentang pentingnya keberlanjutan lingkungan hidup dalam hal ini ekosistem karst bagi kehidupan. 

Jaga Karst, Jaga Kehidupan.

Selamat Hari Karst Nasional, 2021


Sumber :

Cahyadi, A. 2010. Pengelolaan Kawasan Karst dan Perannya Dalam Siklus Karbon di Indonesia. Paper Seminar Nasional Perubahan Iklim di Indonesia.Yogyakarta: UGM diakses dari https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://osf.io/preprints/inarxiv/8gh6d/download&ved=2ahUKEwjz15eM_NDvAhWWYysKHb5OCWsQFjAoegQILBAC&usg=AOvVaw3RwicFFOrGvGly-cwK-k10&cshid=1616866078897 pada tanggal 27 Maret 2021

Darmawan A.,Heru A.L.2010. Geologi Lingkungan dan Fenomena Karst Sebagai Arahan Pengembangan Wilayah Perkotaan Kupang, Nusa Tenggara Timur. JLBG: Vol.1:1 diakses dari http://jlbg.geologi.esdm.go.id/index.php/jlbg/article/view/2/3 pada tanggal 27 Maret 2021

Raharjo, Sentot.2008.Kimia Berbasis Eksperimen 1 untuk Kelas X SMA dan MA. Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri

https://caves.or.id/arsip/glossary/karst#:~:text=Karst%20adalah%20bentukan%20permukaan%20bumi,terutama%20batu%20gamping%20atau%20dolomit

http://lipi.go.id/lipimedia/ekosistem-kawasan-karst-tak%20%09tergantikan/18002 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya dan ELTA IX NTT : Lika-Liku Pendaftaran

Sebagai tulisan kedua dalam blog ini, saya akan bercerita tentang pengalaman saya mengikuti seleksi program English Language Training Assistance (ELTA) tahun 2018 sebelum ingatan saya usang dan dibawa kabur oleh waktu. 😁 Harapan saya tulisan ini dapat menjawab pertanyaan teman-teman yang pernah ditanyakan kepada saya. Let’s check it out! Sebelumnya saya akan menjelaskan dulu apa itu ELTA dan bagaimana cara untuk mendaftarkan diri dalam program ini. Well , English Language Training Assistance (ELTA) adalah sebuah program bantuan Bahasa Inggris yang dirancang untuk menunjang para scholarship hunter dengan mimpi untuk melanjutkan studi magister di luar negeri tapi masih memiliki kemampuan Bahasa Inggris dibawah persyaratan minimal yakni IELTS 5.0. Selain meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris di empat area keterampilan ( listening, reading, writing dan speaking ) dalam waktu 3 bulan, pelatihan ini juga mencakup strategi dalam melaksanakan tes untuk memperoleh nilai IELTS...

Science Alkohol Dalam Isu Sosial Budaya di Indonesia

  Di awal 2019, jika kita mengikuti perkembangan berita tentang pemerintahan di beberapa daerah Indonesia Timur maka akan kita temukan dua daerah dengan pemberitaan yang mirip namun kontroversi. Dua Daerah itu adalah NTT dan Maluku. Saat itu, Viktor B. Laiskodat yang baru saja menjabat sebagai Gubernur NTT selama beberapa bulan, muncul dengan gagasan untuk melegalkan Sopi. Selain alasan menumbuhkan ekonomi kerakyatan, minuman alkohol tradisional tersebut dilegalkan sebagai bentuk upaya pelestarian budaya NTT.  Sementara itu, di Provinsi tetangganya, Maluku, Murad Ismail selaku Gubernur menolak dengan tegas legalisasi Sopi. Dilansir dari media online Suara.com (28/06/2019), Murad menyatakan bahwa Maluku berbeda dengan NTT, Manado dan Bali yang sudah melegalkan minuman tradisonal mereka. Maluku memiliki masyarakat yang beragam karakteristiknya sehingga akan memicu konflik diantara masyarakatnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan minuman beralkohol sekalipun dalam aspek bud...

Memaknai Ulang Militansi

Seperti tahun sebelumnya, menjelang ulang tahun saya selalu memperoleh early bithday gift berupa buku dari orang-orang terkasih. Beberapa hari lalu seorang teman menanyakan buku apa yang sangat ingin saya miliki di hari ulang tahun. Saat itu saya baru saja membaca review sebuah buku di goodreads. Buku tersebut adalah The Things You Can See Only When You Slow Down yang ditulis oleh seorang biksu asal korea; Haemin Sunim. Saya kemudian menyebutkan judul buku tersebut kepadanya dan tak sampai 2 hari, buku itu sampai ke tangan saya. Saat membuka bungkusan, awalnya saya hanya berniat membaca buku ini beberapa halaman saja. Namun, karena gaya penulisan yang mengalir dan isinya yang cukup “ngena” dengan kehidupan pribadi, saya langsung menyelesaikannya saat itu juga. What a lovely book! Dari sebagian banyak tulisannya yang memicu refleksi, ada satu bagian yang membekas bagi saya hingga membuat saya memaknai ulang arti sebuah militansi. Pengabdian seseorang kepada suatu pekerjaan tidak bisa di...