Langsung ke konten utama

Lingkungan Hidup dan Kekerasan Terhadap Perempuan

Kalian pernah dengar cerita; istri seorang petani yang dihajar hingga babak belur lantaran si petani kesal karena hasil panennya tidak baik, atau nelayan yang memukul istrinya karena stres hasil tangkapannya berkurang?


Kalian pernah dengar cerita; karena keterbatasan akses terhadap sumber daya alam, makanan di atas meja tidak ada lalu perempuan menjadi sasaran kekerasan?

Kalian pernah dengar cerita; beban ganda pekerjaan istri petani dan nelayan karena penghasilan dari bertani dan melaut tidak memenuhi kebutuhan rumah tangga? Bahkan ada yang harus pergi bekerja di luar negeri lalu mengalami kekerasan bahkan pulang dalam keadaan tak bernyawa?

Kalian pernah dengar cerita; perempuan-perempuan yg mengalami kriminalisasi dan kekerasan saat menuntut akses terhadap Sumber Daya Alam?

Kalian pernah dengar cerita; perjuangan perempuan-perempuan yang berjalan berkilo-kilometer demi mencari air bersih untuk keperluan rumah tangga dan sanitasi tubuhnya?

Kalian pernah dengar cerita; perempuan-perempuan nelayan dan petani yang harus berperan ganda sebagai seorang ayah dan ibu sekaligus bagi anak-anaknya lantaran suami mereka dipenjarakan oleh negara hingga koorporasi-koorporasi yang eksploitatif, atau yang mati di lubang tambang?

Cerita-cerita tersebut terjadi hampir di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, khususnya di NTT. Sebagian cerita itu pun sempat saya dengar secara langsung dari perempuan-perempuan dalam foto yang terlampir bersama tulisan ini.

Dalam sistem yang patriarkal; isu-isu seperti perubahan iklim, eksploitasi dan privatisasi sumber daya alam, serta kasus-kasus kejahatan lingkungan lainnya akan selalu menempatkan perempuan di posisi korban paling bawah dengan penindasan yang berlapis-lapis.

Karena itu, bagi saya; memilih ikut memperjuangkan keselamatan lingkungan hidup adalah memperjuangkan kemerdekaan bagi perempuan.

Salam adil dan lestari.
Kupang, 28 November 2020


Pertemuan Nasional Perempuan Pejuang Lingkungan Hidup 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saya dan ELTA IX NTT : Lika-Liku Pendaftaran

Sebagai tulisan kedua dalam blog ini, saya akan bercerita tentang pengalaman saya mengikuti seleksi program English Language Training Assistance (ELTA) tahun 2018 sebelum ingatan saya usang dan dibawa kabur oleh waktu. 😁 Harapan saya tulisan ini dapat menjawab pertanyaan teman-teman yang pernah ditanyakan kepada saya. Let’s check it out! Sebelumnya saya akan menjelaskan dulu apa itu ELTA dan bagaimana cara untuk mendaftarkan diri dalam program ini. Well , English Language Training Assistance (ELTA) adalah sebuah program bantuan Bahasa Inggris yang dirancang untuk menunjang para scholarship hunter dengan mimpi untuk melanjutkan studi magister di luar negeri tapi masih memiliki kemampuan Bahasa Inggris dibawah persyaratan minimal yakni IELTS 5.0. Selain meningkatkan kemampuan Bahasa Inggris di empat area keterampilan ( listening, reading, writing dan speaking ) dalam waktu 3 bulan, pelatihan ini juga mencakup strategi dalam melaksanakan tes untuk memperoleh nilai IELTS...

Science Alkohol Dalam Isu Sosial Budaya di Indonesia

  Di awal 2019, jika kita mengikuti perkembangan berita tentang pemerintahan di beberapa daerah Indonesia Timur maka akan kita temukan dua daerah dengan pemberitaan yang mirip namun kontroversi. Dua Daerah itu adalah NTT dan Maluku. Saat itu, Viktor B. Laiskodat yang baru saja menjabat sebagai Gubernur NTT selama beberapa bulan, muncul dengan gagasan untuk melegalkan Sopi. Selain alasan menumbuhkan ekonomi kerakyatan, minuman alkohol tradisional tersebut dilegalkan sebagai bentuk upaya pelestarian budaya NTT.  Sementara itu, di Provinsi tetangganya, Maluku, Murad Ismail selaku Gubernur menolak dengan tegas legalisasi Sopi. Dilansir dari media online Suara.com (28/06/2019), Murad menyatakan bahwa Maluku berbeda dengan NTT, Manado dan Bali yang sudah melegalkan minuman tradisonal mereka. Maluku memiliki masyarakat yang beragam karakteristiknya sehingga akan memicu konflik diantara masyarakatnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan minuman beralkohol sekalipun dalam aspek bud...

Memaknai Ulang Militansi

Seperti tahun sebelumnya, menjelang ulang tahun saya selalu memperoleh early bithday gift berupa buku dari orang-orang terkasih. Beberapa hari lalu seorang teman menanyakan buku apa yang sangat ingin saya miliki di hari ulang tahun. Saat itu saya baru saja membaca review sebuah buku di goodreads. Buku tersebut adalah The Things You Can See Only When You Slow Down yang ditulis oleh seorang biksu asal korea; Haemin Sunim. Saya kemudian menyebutkan judul buku tersebut kepadanya dan tak sampai 2 hari, buku itu sampai ke tangan saya. Saat membuka bungkusan, awalnya saya hanya berniat membaca buku ini beberapa halaman saja. Namun, karena gaya penulisan yang mengalir dan isinya yang cukup “ngena” dengan kehidupan pribadi, saya langsung menyelesaikannya saat itu juga. What a lovely book! Dari sebagian banyak tulisannya yang memicu refleksi, ada satu bagian yang membekas bagi saya hingga membuat saya memaknai ulang arti sebuah militansi. Pengabdian seseorang kepada suatu pekerjaan tidak bisa di...