Mahkluk hidup termasuk manusia di dalam konsep termodinamika tergolong sebagai sistem terbuka sehingga punya kecenderungan mengalami peningkatan entropi (ketidakberaturan) menuju entropi maksimum; kematian atau kepunahan. Layaknya gravitasi yang menggelindingkan batu dari atas bukit, entropi maksimum tidak bisa dihindari (Hukum ke-2 termodinamika). Maka kehidupan manusia hakekatnya adalah sebuah upaya menunda percepatan entropi maksimum (kematian). Seperti Sisyphus yang dikutuk untuk mendorong batu naik ke atas bukit.
Sebenarnya, strategi yang ditawarkan oleh kehidupan sudah ada yakni mengelola aliran energi dalam hidup (ambil secukupnya, pakai secukupnya) dan bereplikasi atau reproduksi (menyebarkan pengetahuan baik kepada semua orang dan generasi penerus). Akan tetapi tata kelola aliran energi kehidupan yang dipicu oleh fundamentalisme pasar hari ini malah menjadikan entropi mendekati ambang maksimum. Krisis kemanusiaan, krisis iklim, bencana ekologi terjadi di mana-mana. Replikasi pengetahuan (pendidikan) dan reproduksi manusia pun hanya untuk memenuhi kebutuhan pasar yang notabene turut berkontribusi dalam peningkatan entropi secara masif.
Cukup menarik bahwa hari ini adalah hari buku sedunia, setelah sebelumnya ada peringatan hari kartini dan hari bumi. Hari Kartini menjadi pengingat bahwa perjuangan Kartini untuk kaumnya belum selesai dan masih terus dilanjutkan oleh kaum perempuan di masa kini maupun nanti sampai kesetaraan dan keadilan itu terwujud. Sementara Hri Bumi menjadi peringatan bahwa kondisi bumi semakin kritis oleh tata kelola, tata kuasa, tata konsumsi dan tata produksi yang amburadul. Bahkan hubungan kedua peringatan tersebut bisa vice versa.
Lalu, Peringatan Hari Buku sedunia hari ini menjadi pengingat bahwa literasi adalah jendela menuju pemahaman persoalan yang diangkat pada dua perayaan sebelumnya. Literasi dapat mengkultivasi kesadaran kritis atas persoalan-persoalan perempuan, persoalan kemanusiaan, persoalan lingkungan dan menyadari bahwa entropi maksimum sedang mengintai eksistensi manusia secara sistematis. Tidak sampai di situ, dengan membaca seseorang dapat terpancu untuk turut bergabung di garis perjuangan untuk mencapai solusi kolektif sesuai keberadaannya masing-masing. Sebab solusi individual bukan tawaran solusi yang baik bagi persoalan sistemik.
Saya sendiri sepakat dengan Vincent di buku ini terkait pernyataan H. G Wells bahwa adalah suatu keniscayaan kalau 'sejarah peradaban manusia merupakan balapan di antara pendidikan dan bencana'. Karena itu, sembari mereplikasi pengetahuan-pengetahuan baik untuk menciptakan para kingpin baru (orang penting yang menjawab persoalan yang ada), para kingpin yang saat ini sudah ada perlu diajak bergerak secara kolektif untuk memperpanjang jarak eksistensi manusia dengan entropi maksimum yang sudah makin dekat.
Selamat Hari Kartini
Selamat Hari Bumi
Selamat Hari Buku Sedunia!
Jangan lupa melawan dengan bahagia 🙌
Jakarta, 23 April 2022
Komentar
Posting Komentar