Trigger Warning;Buku ini berisi cerita pembunuhan, kekerasan terhadap anak dan kekerasan seksual.
Dalam review novel Akiyoshi kali ini, saya tidak akan melakukan spoiler terkait isi ceritanya. Biarkan yang membaca penasaran dengan isi buku ini. Sebaliknya, saya ingin membagikan beberapa poin yang saya pelajari dari Novel Holy Mother kaya si Ratu Plot Twist favorit saya ini.
Pertama, lewat cerita ini, Akiyoshi menggambarkan tentang salah satu konstruksi yang dibentuk masyarakat atas tubuh perempuan yakni bahwa ia tidak akan sempurna jika ketika menikah ia tidak melahirkan seorang anak. Tadi pagi saya membaca sebuah postingan ig yang bilang bahwa kodrat perempuan itu hamil, melahirkan dan menyusui. Lalu saya berpikir, bagaimana jika seorang perempuan itu dilahirkan dengan karakteristik seksual yang tidak sama seperti kebanyakan perempuan pada umumnya? bagaimana jika perempuan itu mandul? Apakah ketiga hal itu masih relevan dibilang kodrat? Kemudian, bagaimana jika ada perempuan yang secara sadar memilih untuk childfree? kita tahu bahwa seiring dengan perkembangan pengetahuan dan kesadaran perempuan untuk berdaulat atas pilihannya, hamil, melahirkan dan menyusui sudah mulai menjadi pilihan yang dapat dipilih oleh perempuan. Jangan sampai bahasa kodrat itu justru malah kembali menciptakan situasi yang tidak nyaman dan menindas kelompok perempuan-perempuan ini?
Kedua, korban kekerasan seksual yang tidak selesai dengan traumanya akan menjadi pelaku. Berdamai dengan trauma apapun bukanlah hal yang mudah, termasuk bagi para korban kekerasan seksual. Apalagi jika trauma itu semakin diperburuk dengan stigma yang dilemparkan kepada mereka. Saya cukup merasa sangat nyeri dengan keadaan yang dialami salah satu tokoh dalam cerita ini. Ketika ia menjadi korban dengan trauma, ia malah kembali yang disalahkan. Akumulasi trauma dan stigma akibatnya, menjadikannya pelaku yang lebih kejam.
Ketiga, kekerasan seksual bukan hanya terjadi pada perempuan tapi dapat juga terjadi pada laki-laki. Orang sering salah kaprah bahwa perjuangan atas keadilan gender hanya untuk perempuan saja. Padahal laki-laki juga dapat menjadi korban akibat ketidakadilan gender. Buku ini memotret sebuah bentuk ketidakadilan yang terjadi pada laki-laki. Di Jepang, sebuah kasus baru bisa disebut kasus pemerkosaan jika dan hanya jika korbannya adalah perempuan. Artinya jika seorang laki-laki menjadi korban kekerasan seksual, hal ini tidak bisa disebut kasus pemerkosaan (bahkan jelas-jelas mendapatkan kekerasan seksual). Ini menjadi salah satu bukti bahwa patriarki tidak hanya menjadikan perempuan korban tetapi laki-laki juga (walau dalam faktanya perempuan adalah korban paling banyak).
Terlepas dari ketiga hal tersebut, seperti biasa, Plot Twist yang diciptakan Akiyoshi selalu tidak bisa diduga. Bahkan setelah menyelesaikan buku ini, saya masih terbayang. Padahal membaca, bukan menonton.
⭐⭐⭐⭐⭐
Komentar
Posting Komentar